Tidak Bisa Dinilai dengan Uang
Hari ini (15 Agustus 2020) ada kejadian yang amat berkesan yang kualami. STNK motor milik kakakku hilang, padahal biasanya ia kantongi di dalam kantong bajunya. Saat sedang sibuk berdebat setelah mencari STNK, tiba-tiba ada orang yang mendatangi rumah, dengan baju penuh keringat seolah habis terpanggang sinar matahari.
"Permisi, merasa ada kehilangan sesuatu ya?" Tanyanya sembari menunjukkan STNK yang ia temukan.
"Iya mas, ketemu dimana ya?" Tanya kakakku.
"Tadi ini ketemu di depan bengkel di sana, saya lihat ternyata masih aktif semua surat-suratnya. Ini pasti masih dibutuhkan yang punya. Makannya saya mencari-cari rumah pemiliknya ." Jawabnya dengan wajah yang sendu.
Mendengar kata-katanya aku berinisiatif memberinya uang sebagai balas jasa atas kebaikannya tersebut. Aku berpikir keras, berapa banyak yang harus kuberi. Setelah mengucapkan terimakasih dan memberinya imbalan, orang itu pamit pergi. Selepas kepergiannya aku merasa bersalah padanya. Aku merasa uang yang kuberikan itu masih belum cukup untuk membalas kebaikannya. Aku teringat kembali bagaimana ia berjalan kaki dari tempatnya, bertanya kesana kemari mencari alamat rumah kami hingga badannya dipenuhi keringat. Aku merasa uang itu masih kurang. Berlembar-lembar uang seratus ribu rupiah pun masih belum cukup untuk membalas kebaikannya. Sungguh orang yang baik dan mulia. Ternyata tidak semua hal mampu dinilai, dibalas atau dibeli dengan uang. Dan benarlah kiranya, bahwa hanya Allah lah yang mampu membalas dengan sempurna kebaikan seseorang.
Genta Buana Al-Bantany
No comments:
Post a Comment