Pesantren dan Kiai
Oleh: Genta Buana Al-Bantany
1 Januari 2019
Ma'had Utsman bin Affan Jakarta |
Lima unsur inti dari sebuah pesantren adalah masjid, kiai, asrama, santri, dan kajian kitab. Salah satu unsur terpenting dari keempat unsur itu adalah kiai. Kiai biasanya disematkan kepada seorang guru agama atau ulama yang telah sangat lama menghabiskan umurnya untuk mengajar di suatu pesantren atau suatu masyarakat hingga mencapai usia tua. Ingat! kiai yang saya maksud ini adalah orang yang faqih,'alim, dan sholeh. Bukan kiai gadungan, bukan dukun, bukan pula seekor kebo seperti yang ada di Solo. Mungkin istilah kiai untuk saat ini lebih familiar dengan istilah Syaikh.
Kiai/syaikh dianggap sebagai seorang guru besar, tokoh yang karismatik, serta panutan bagi setiap santri dan para guru dalam sebuah pesantren. Tak heran jika sebuah pesantren mampu melahirkan santri santri cerdas dan berakhlak baik, karena di dalamnya ada kiai yang dijadikan sebagai panutan dan di dengar setiap nasihatnya.
Seorang kiai memiliki kedudukan tersendiri di hati para santri. Jika pak kiai meminta seorang santri untuk menjadi guru ngaji di sebuah kampung, maka sang santri akan menaati perintah pak kiai. Ini sebagai bentuk penghormatan dan pemuliaan santri terhadap sang kiai. Tak heran jika salah satu presiden kita yang juga seorang santri, mau menjadi presiden karena permintaan dari para kiai.
Bisa kita liat beberapa pesantren yang tidak ada kiai di dalamnya. Santri-santrinya kehilangan panutan. Hari harinya dihabiskan dengan seorang musyrif muda yang juga masih labil. Akhlak dan etika santri sulit dibentuk. Akhirnya pesantren tersebut tidak mampu menghasilkan santri-santri yang berkualitas dan berakhlak mulia. Tentu tidak semua pesantren yang tidak memiliki kiai berakibat seperti ini. Ini hanya contoh kecil dari pengalaman pribadi penulis.
Dengan adanya kiai/syaikh, sebuah pesantren akan lebih berbobot kualitasnya, visi dan misi mencetak generasi yang islami akan lebih mudah di wujudkan dalam lingkungan pesantren. Ini semua hanya opini saya pribadi, jadi harap dimaklumi. Jika sebuah pesantren tidak memiliki seorang kiai , maka ia belum layak disebut sebagai sebuah pesantren. Kita sebut saja sebagai boarding school atau sekolah berasrama.
(Genta Buana Al-Bantany)
(Genta Buana Al-Bantany)
No comments:
Post a Comment