Malam ini di kota nabi tak sedingin malam-malam sebelumnya. Aku masih bisa duduk lama di luar ruangan sambil mencari sinyal WiFi kampus dan menulis tulisan ini.
Akhir-akhir ini aku sedang ketagihan menonton acara TV Korea yang mengupas tentang kehidupan pernikahan. Acaranya menarik dan lucu. Meskipun acaranya semi komedi namun aku tetap mendapatkan pelajaran berharga yang bisa kuterapkan kelak saat menikah nanti.
Hari ini sejujurnya aku sedikit gelisah disebabkan oleh Sung-jae dan Joy di acara WGM yang kutonton. Aku bertanya-tanya dalam sepi, bagaimana bisa pasangan yang nampak serasi dan begitu romantis kandas di tengah jalan. Kisah percintaan mereka begitu manis sehingga aku banyak belajar dari mereka berdua mengenai cara berkomunikasi yang baik antar suami dan istri. Tapi begitulah kehidupan dunia, semuanya memang begitu unik. Kapal BByu yang mereka bangun kandas di tengah lautan realita. Joy kini memiliki pasangan lain di dunia nyata meninggalkan kisah manisnya dengan Sung-jae di acara WGM. Tak sedikit penonton WGM yang kecewa, dan aku salah satu di antaranya.
Aku menyadari bahwa berhayal dan hidup di dunia mimpi memang lebih indah dibandingkan menyaksikan realita. Dahulu aku pernah berhayal bagaimana aku menghabiskan hari-hariku di UIM dengan belajar, menghafal, dan murojaah layaknya para ulama. Realitanya tak seindah apa yang kubayangkan. Aku masih kesulitan untuk istiqamah menghafal dan murojaah. Keinginan untuk menguasai banyak disiplin ilmu tetap ada di angan-angan, namun merealisasikan angan tersebut sangat sulit, tidak semudah berangan-angan dalam ruang mimpi.
Banyak orang ingin menikahi sosok ideal yang ada dibenaknya, namun pada kenyataanya sosok ideal tersebut bisa jadi sangat tidak ideal baginya. Hal itu disebabkan imajinasi kita yang menyampingkan kekurangan-kekurangan dari sosok yang kita sukai tersebut. Kita terkadang lupa bahwa orang lain itu hanya manusia biasa yang memiliki aib dan kekurangan. Tidak akan pernah ditemui manusia yang benar-benar ideal untuk jadi pasangan hidup kita kecuali di dalam mimpi. Hal ini membuatku teringat dengan sebuah puisi yang pernah aku unggah di insta story beberapa waktu yang lalu.
"Aku memilih mencintaimu dalam diam;
Karena dalam diam tak akan ada penolakan
Aku memilih mencintaimu dalam sepi;
Karena dalam sepi aku memilikimu sendiri
Aku memilih mengagumimu dari jarak jauh saja;
Karena jarak akan melindungi kita dari luka
Aku memilih menciummu dalam desir angin;
Karena aku dapat menciummu sebanyak yang kuingin
Aku memilih untuk memilikimu dalam mimpi;
Karena di dalam mimpi engkau abadi."
No comments:
Post a Comment