Teorinya bagus.
Tapi ku belum menemukan formula yang tepat dalam meracik keduanya.
Jika bersikap ramah dan bersahabat, justru sikap hormat dan patuh tak didapati guru dari para murid.
Jika pasang style kencang, murid pada lari dan takut.
Hai, perkenalkan saya Genta Buana. Blog ini hanya berisi tulisan-tulisan yang terlintas di benak saya pribadi. Tidak semua tulisan di blog ini mengandung faidah atau ilmu yang bermanfaat, karena pada dasarnya blog ini hanya sebagai media untuk menyalurkan keinginan menulis bagi diri saya sendiri.
Korelasi Akal & Agama dalam Menimbang Baik dan Buruk
Oleh : Genta Buana Al-Bantany
10 Januari 2019
Akal yang sehat mampu membedakan mana yang baik dan buruk.
Memang demikian fitrah akal.
Namun seiring berjalannya waktu tidak semua manusia memiliki akal yang sehat sesuai fitrah. Hal ini dipengaruhi oleh hawa nafsunya, bisikan syaithan, lingkungan dan pendidikan yang ia dapat.
Agama itu adalah representasi dari wahyu.
Wahyu adalah kalam tuhan yang mengembalikan manusia kepada fitrahnya, dan kemuliaannya.
Wahyu membimbing manusia pada kebenaran hakiki sesuai yang dikehendaki Allah tuhan semesta alam.
Karena timbangan yang adil dalam menentukan kebaikan dan keburukan adalah Allah tuhan semesta alam, hendaknya manusia bersandarkan sepenuhnya pada bimbingan wahyu.
Wahyu itu sendiri membutuhkan penjelasan dan contoh nyata penerapannya pada kehidupan nyata. Disinilah hadirnya seorang nabi dan rasul sebagai pemberi penjelasan mengenai firman-firman Allah tuhan semesta alam dan memberikan teladan penerapannya pada kehidupan nyata.
Wallahu'alam
Ma'had Utsman bin Affan Jakarta |