Renungan 100 Tahun Setelah Aku Mati

Renungan 100 Tahun Setelah Aku Mati 

10 September 2019

Ditulis oleh : Genta Buana Al-Bantany

Semalam aku selesai membaca sebuah cerita menarik berjudul 100 Tahun Setelah Aku Mati. Cerita ini secara umum bertemakan horor dan kisah cinta. Alhamdulillah aku mampu menyelesaikan cerita itu dalam waktu kurang dari 24 jam. Dengan teknik membaca cepat tentunya. Dan ada bagian yang sengaja kupercepat jika kurasa bukan hal yang menarik untuk dibaca. 

Semalam aku selesai membaca sebuah cerita menarik berjudul 100 Tahun Setelah Aku Mati. Cerita ini secara umum bertemakan horor dan kisah cinta. Alhamdulillah aku mampu menyelesaikan cerita itu dalam waktu kurang dari 24 jam. Dengan teknik membaca cepat tentunya. Dan ada bagian yang sengaja kupercepat jika kurasa bukan hal yang menarik untuk dibaca.
Tapi secara umum sudah kubaca seluruh partnya sebanyak 71 part ditambah epilog.

Membaca cerita ini rasanya campur aduk tidak jelas. Terkadang hadir perasaan takut yang mencekam, sedih, terkadang hadir perasaan geli dan lucu. Hadir pula romansa dalam cerita ini. Bahkan unsur romansanya lebih banyak dibandingkan unsur yang lainnya.

Baiklah, pagi ini aku masih galau. Cerita itu begitu membekas di hati. Seolah aku langsung yang mengalami kejadian itu. Masa sulit saat masih anak-anak, masa indah kala remaja, suka duka di negeri orang, hingga menikahi wanita pujaan hati. Lengkap sudah hati ini menyelami cerita itu. Aku tak bisa meyakinkan kamu bahwa cerita ini adalah cerita nyata. Silahkan berpendapat. Namun aku sendiri cukup meyakini keabsahan cerita ini. Paling tidak 80% lah tingkat kepercayaanku.

Aku masih terdiam di ruang kerjaku. Mencoba mencari makna. Aku temukan lagi hikmah baru. Sejatinya kematian adalah sesuatu yang pasti dijumpai semua makhluk. Itu adalah konsekuensi dari sebuah kelahiran. Dan perpisahan adalah sebuah keniscayaan, karena ia adalah konsekuensi dari sebuah pertemuan.

Kematian sejatinya bukan sebuah akhir, namun sebuah jalan awal menuju keabadian. Kebahagiaan dunia ini tak bisa dirasakan selamanya. Karena hakikat dunia ini adalah fana. Fana dan semua yang ada di dalamnya akan binasa.

Dunia ini adalah tempat yang penuh ujian. Hadapi dengan banyak bersyukur dan bersabar. Semua kejadian yang ada di dunia pasti ada hikmahnya. Tak ada yang sia-sia. Seperti ia yang harus menunggu. Bukan waktu yang sebentar, tapi 100 tahun lamanya. Menunggu 100 tahun setelah kematiannya. Demi sebuah hikmah rahasia yang sudah Allah tetapkan sebelum menciptakan langit dan bumi.

Untuk penulis aku ucapkan banyak terimakasih padamu. Karena sudah mau membagi kisah hidupmu yang indah kepada kami. Semoga Allah selalu menjagamu dan keluargamu.
(Genta Buana Al-Bantany)