Thursday, 11 October 2018

Inspirator Menulis

INSPIRATOR 

Oleh: Genta Buana Al-Bantany

11 Oktober 2018

Saya ini masih belajar menulis. Awal saya mulai menulis bermula  sekitar 4 tahun yang lalu. Disebuah pondok kecil. Yang santrinya tak lebih dari 20 orang kala itu. Di sebuah desa kecil bernama Tinggen. Ide awal itu muncul.

Saya menulis banyak hal. Dari mulai pengalaman pribadi sampai indahnya merbabu merapi. Apa yang terlintas dalam jiwa dulu saya tulis. Jika saya tidak malas dan lupa. Bahkan saya memiliki buku khusus dahulu. Buku berwana kuning yang berisi catatan pengalaman dan motivasi penuh hikmah. Sampai sekarang buku itu masih ada. Di Batam sana.

Saya tunjukkan buku itu kepada teman saya Abdullah. Dia tertawa kala itu. Bukan karena tulisan saya yang buruk. Namun karena buku itu saya beri judul. Sepertinya lucu. Hikmah fi hayaatid dunya namanya. Seolah saya ingin meniru ibnu Jauzy. Namun dia memberi apresiasi. Pada akhirnya diam diam ia pun mulai menulis. Apakah ia menulis karena termotivasi tulisan saya. Atau karena ada alasan lain. Entahlah. Setau saya kami dahulu sering berlomba-lomba dalam banyak hal. Kenangan yang indah. Semoga ia membaca tulisan ini.

Namun sang inspirator hadir 1 tahun terakhir. Berawal dari LSIA sampai Arraayah. Berawal dari puisi sampai tulisan religi. Dari cerita fiksi sampai masalah ekonomi. Yang tulisannya menusuk sampai hati. 

Dua orang yang tulisannya sangat saya nanti. Dua orang ini adalah sang inspirator. Yang pertama pujangga puisi. Yang kedua mantan mentri.  Yang satu masih aktif menulis. Yang satu lagi sudah hilang di telan bumi. Sudah bahagia disana. Sambil tersenyum meminum kopi. Dan membaca tulisan ini.

Ini bukan tentang arti sebuah tulisan.
Ini hanya sebuah kenangan.
Terimakasih ku ucapkan.
Yang pertama hanya tinggal kenangan.
Yakni Someone
Dan Dahlan Iskan.
(Genta Buana Al-Bantany)

Catatan Genta Buana
catatangentabuana.blogspot.com

No comments:

Post a Comment